PENGERTIAN MUSLIM, MU’MIN DAN MUTTAQIN
Seorang
muslim artinya orang yang telah berpasrah diri, dalam hal ini berpasrah kepada
Tuhan, tetapi dalam rangking manusia berkualitas, seorang yang baru pada
tingkat muslim berada pada tingkatan terendah. Karakteristik seorang muslim
adalah seorang yang telah meyakini supremasi kebenaran, berusaha untuk mengikuti
jalan kebenaran itu, tetapi dalam praktek ia belum tangguh karena ia masih
suka melupakan hal-hal yang kecil. Sedangkan seorang yang sudah mencapai
kualitas mukmin adalah seorang muslim yang sudah istiqamah atau konsisten dalam
berpegang kepada nilai-nilai kebenaran, sampai kepada hal-hal yang kecil. Dalam
hadis Nabi disebutkan bahwa iman itu mempunyai tujuhpuluh cabang, artinya
indikator seorang mu’min itu ada tujuhpuluh variabel.
Berakhlak Sesuai Al-Qur’an
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Akhlak adalah lafaz yang berasal dari bahasa arab
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berasal dari akar kata khalaq yang berarti
menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq
artinya yang diciptakan dan khalq artinya ciptaan.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dalma kata
akhlak tercakup pengertian terwujudnya keterpaduan antara kehendak khaliq
(Tuhan atau Allah) dengan prilaku makhluk (hamba atau manusia). Dengan kata
lain, prilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung
nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan, prilaku dan sifat-sifat
didasarkan pada kehendak al-khaliq yaitu Allah rabbul alamin.
Menurut istilah, kata akhlak diberi definisi oleh
beberapa ulama antara lain:
Menurut Lauter (2002:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan gembira.
Meurut pendapat Angelis (2003:10), percaya diri berawal dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segalanya yang kita inginkan dan butuhkan dalam hidup. Percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri, sehingga kita mampu menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.
Menurut Rahmat (2000:109) kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri (Self confidence) merupakan adanya sikap individu yakin akan kemampuannya sendiri untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya sebagai suatu perasaan yang yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri: toleransi, tidak memerlukan dukungan orang lain dalam setiap mengambil keputusan atau mengerjakan tugas, selalu bersikap optimis dan dinamis, serta memiliki dorongan prestasi yang kuat.